I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel,
dan masing-masing sel dapat menggandakan kesatuan dengan adanya substansi antar
sel. Kelompok sel-sel yang terdapat dalam tubuh hewan secara fungsional berbeda
dengan kelompok sel yang lain. Kelompok sel tersebut dikenal dengan jaringan. Jaringan menjalankan
berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup. Sel-sel atau jaringan tersebut dapat
diamati dengan menggunakan metode parafin.
Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat
permanen dengan menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan 6 – 8 µm. Metode pembuatan sediaan
dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis dibandingkan
dengan menggunakan metode yang lain. Metode parafin termasuk metode sayatan
yang sering digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan
metode ini. Preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling umum
digunakan untuk pembuatan preparat permanen baik pada tumbuhan ataupun pada hewan.
Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan
menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Prosedur pembuatan
sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan
maupun tumbuhan. Pembuatan sediaan dengan metode parafin memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan
praktikum pembuatan preparat dengan metode parafin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu
bagaimana mempelajari komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat
setebal 6 mikron.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
praktikum ini yaitu untuk mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ yang
disayat setebal 6 mikron.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang dapat diperoleh dari pratikum
ini yaitu untuk mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat
setebal 6 mikron.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu
atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk
dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat
jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur
jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat
dengan mata telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian
ataupun keseluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca
preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi dengan kaca penutup yang direkatkan
di atas spesimen (Alyas, 2010).
Metode parafin adalah
suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan
parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada
menggunakan metode beku atau metode seloidin. Metode parafin tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan
dengan mudah bila menggunakan metode ini. Kelemahan dari metode ini ialah
jaringan menjadi keras, mengerut, dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar
tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Pembuatan preparat
histopatologi dibutuhkan bahan utama berupa jaringan segar, yang difiksasi
dalam larutan formalin (BNF) 10%. Jaringan dipotong dan diatur dalam tissue cassates, dehidrasi secara
otomatis dengan mesin dehidrasi, dikeringkan dengan mesin vaccum, dan diblok dengan cairan parafin, selanjtnya dipotong
dengan mesin mikrotom. Pewarnaan objek
diwarnai secara manual dengan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan tersebut akan
memberikan keseimbangan warna biru dan merah dengan jelas pada jaringan,
sehingga komponen sel dapat diidentifikasi dengan jelas (Muntiha, 2001).
Fiksasi merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan. Tujuan dari
fiksasi adalah untuk mempertahankan morfologi sel seperti semula, untuk mencegah
terjadinya otolisis, dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Beberapa jenis
bahan yang bisa digunakan sebagai bahan fiksasi suatu jaringan yaitu formalin,
alkohol, larutan carnoi, larutan zenker, larutan helly, larutan bouin, omium,
dan glutaraldehyde (Sudiana 2005).
Prosedur pembuatan
sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan
maupun tumbuhan. Pertama-tama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi
terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, dehidrasi dengan alkohol
bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit,
diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga jaringan saat
diiris dengan mikrotom. Kemudian diembedding yaitu merendam jaringan kedalam
parafin cair dan parafin akan masuk keseluruh bagian jaringan (Andria, 2008)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu-Kamis, tanggal 12-26 Desember 2015, pukul 10.30-selesai WITA dan
bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas halu Oleo, kendari.
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada
Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan
No.
|
Nama Alat
|
Kegunaan
|
1
|
Rol
film
|
Untuk
tempat merendam kaca objek
|
2
|
Botol
selai
|
Untuk
menyimpan larutan alkohol
|
3
|
Botol
balsem
|
Untuk
tempat merendam organ
|
4
|
Cutter/pisau/silet
|
Untuk
membedah
|
5
|
Isolasi
bening
|
Untuk
melapisi bakul agar tidak mudah sobek pada saat dimasukkan parafin
|
6
|
Holden
|
Tempat organ yang
akan dicetak
|
7
|
Spatula
/ pinset
|
Untuk
memindahkan organ
|
8
|
Bakul
|
Sebagai media penempelan parafin
|
9
|
Botol
UC 1000
|
Untuk
menyimpan larutan
|
10
|
Pipet
tetes
|
Untuk
memipet larutan
|
11
|
Kaca
penutup
|
Untuk
menutup objek
|
12
|
Kaca
objek
|
Untuk
meletakkan objek yang akan diamati
|
13
|
Oven
|
Untuk
mencairkan parafin
|
14
|
Mikroskop
|
Untuk
mengamati organ yang telah disayat
|
15
|
Kamera
|
Untuk
memdokumentasikan hasil pengamatan
|
16
|
Alat
tulis
|
Untuk
mencatat hasil pengamatan
|
17
|
Toples
|
Untuk
membius hewan mencit (Mus musculus)
|
18
|
Gunting
bedah
|
Untuk
membedah hewan mencit (Mus musculus)
|
19
|
Gunting
kertas
|
Untuk
menggunting kertas kalender
|
20
|
Slide warmer
|
Untuk
menghilangkan parafin yang masih melekat pada organ
|
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada
Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan
No.
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Mencit
(Mus musculus)
|
Sebagai
hewan yang akan diambil organnya
|
2
|
Ovarium
|
Sebagai
objek pengamatan
|
3
|
Hati
|
Sebagai
objek pengamatan
|
4
|
Ginjal
|
Sebagai
objek pengamatan
|
5
|
Kulit
|
Sebagai
objek pengamatan
|
6
|
Kloroform
|
Sebagai
bahan untuk membius
|
7
|
Larutan
bouin
|
Sebagai
larutan fiksasi
|
8
|
Xylol
|
Sebagai
lartan penjernihan
|
9
|
Alkohol
bertingkat (70%,80%,90%,96%,absolute)
|
Sebagai
larutan dehidrasi
|
10
|
Parafin
|
Sebagai
media penanaman organ
|
11
|
Hematoxylin
dan eosin
|
Sebagai
bahan pewarna
|
12
|
Tissue
|
Sebagai
bahan untuk membersihkan alat
|
13
|
Kapas
|
Sebagai
medium kloroform untuk membius hewan
|
14
|
Kertas
kalender
|
Sebagai
bahan untuk membuat bakul
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai
berikut
1.
Membius mencit betina (mus musculus)
dengan menggunakan kloroform.
2. Membedah mencit betina (mus musculus) serta mengambil organnya seperti hati, ovarium,
ginjal dan kulit.
3. Memfiksasi organ dengan menggunakan larutan bouin
selama 1 hari (ginjal dan kulit) dan 2 hari (ovarium dan hati).
4. Membilas organ dengan menggunakan larutan alkohol
bertingkat (70%, 80%, 90%, 96% dan absolut).
5. Melakukan penjernihan dengan menggunakan larutan
toluol yang direndam semalam.
6. Merendam organ dalam parafin cair I, II dan III
masing-masing selama 45 menit dengan suhu 58-60o.
7. Merendam organ dalam parafin murni selama 3 menit.
8. Menanam organ dalam bakul dengan menggunakan
parafin cair.
9. Menyimpan bakul yang berisi parafin kulkas selama 2
hari.
10. Menempel parafin pada holden dengan menggunkan
parafin cair.
11. Menyayat parafin dengan menggunakan mikrotom.
12. Menempelkan sayatan pada kaca objek dengan
menggunakan larutan campuran (putih telur dan acetolin).
13. Menyimpan kaca objek dalam slide warmer sampai kering.
14. Memasukkan kaca objek dalam larutan selama 15
menit dan meletakannya di kertas.
15. Menghilangkan bekas parafin yang masih menempel
pada kaca objek dengan menggunakan alkohol absolut, 96%, 90%, 80%, 70%, 60%,
50%, 40% dan 30% selama 15 menit.
16. Mewarnai organ dengan menggunakan pewarna
hematoxylin erlich serta mencuci kaca objek dengan air mengalir selama 10
menit.
17. Menghilangkan alkohol (alkoholisasi) dengan
menggunakan larutan alkohol 30%, 50%, 60% dan 70% selama 1 menit.
18. Mewarnai kembali organ dengan menggunakan pewarna
eosin-Y, kemudian membilas dengan menggunakan larutan alkohol 70%, 80%, 90%,
96% dan absolut selama 1 menit.
19. Menutup organ dengan menggunakan kaca penutup yang
telah diolesi dengan Canada balsam dan dikeringkan selama 1 menit.
20. Mengamati dibawah mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B.
Pembahasan
Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat
permanen dengan menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan
kurang lebih 6 µm. Metode parafin sering digunakan karena hampir semua jaringan
dapat dipotong dengan metode ini. Metode parafin dapat digunakan untuk
pembuatan preparat permanen baik pada tumbuhan atapun hewan. Metode ini
memiliki beberapa kelebihan dibanding metode lain, tebal irisan dapat mencapai
rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan
mudah, dan prosesnya lebih cepat.
Praktikum pembuatan sediaan irisan jaringan hewan
dengan metode parafin melewati beberapa tahap. Organ yang digunakan pada pratikum
ini adalah ginjal, hati, kulit, ovarium, dan testis. Hewan yang diambil
organnya adalah mencit (Mus musculus).
Organ yang sudah diambil difiksasi menggunakan selama 1 hari untuk ginjal dan
kulit dan 2 hari untuk ovarium dan hati. Fiksasi bertujuan untuk mematikan
sel-sel organ namun strukturnya tidak rusak. Kemudian organ dibilas dengan
menggunakan alkohol 70%.
Proses selanjutnya yaitu penghilangan air atau dikenal
dengan dehidrasi, dengan alkohol bertingkat sampai alkohol absolut. Dehidrasi
bertujuan menghilangkan air dari dalam jaringan. Selanjutnya tahap penjernihan
dengan menggunakan larutan toluol yang direndam selama satu malam. Penjernihan
bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa alkohol. Setelah tahap penjernihan organ
direndam dalam parafin cair I, II, dan III masing-masing 45 menit. Perendaman
ini dilakukan dalam oven dengan suhu 58-60º. Kemudian direndam dalam parafin
murni selama 3 menit. Tahap selanjutnya yaitu menanam organ dalam bakul dengan
menggunakan parafin cair. Setelah parafin beku, kemudian ditempelkan pada
holden.
Tahap selanjutnya yaitu penyayatan dengan menggunakan
mikrotom dengan tebal 6 mikron. Kemudian penempelan sayatan pada kaca objek
dengan menggunakam larutan campuran ( putih telur dan acetolin). Kemudian di
masukkan dalam slide warmer sampai
kering. Selanjtnya menghilangkan bekas parafin yang masih menempel pada kaca
objek dengan menggunakan alkohol absolut, 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40% dan
30% selama 15 menit. Kemudian organ diwarnai dengan menggunakan pewarna
hematoxylin erlich serta mencuci kaca objek dengan air mengalir selama 10
menit. Menghilangkan alkohol (alkoholisasi) dengan menggunakan larutan alkohol
30%, 50%, 60% dan 70% selama 1 menit. Kemudian mewarnai kembali organ dengan
menggunakan pewarna eosin-Y, kemudian membilas dengan menggunakan larutan
alkohol 70%, 80%, 90%, 96% dan absolut selama 1 menit. Lalu menutup organ
dengan menggunakan kaca penutup yang telah diolesi dengan canada balsam dan
dikeringkan selama 1 menit. Tahapan terakhir diamati dibawah mikroskop. Hasil
pengamatan dimikroskop, preparat yang dibuat semuanya gagal. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan pada saat penyayatan
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu
komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron tidak dapat
diamati karena preparat yang dibuat gagal.
B.
Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum
ini yaitu diharapkan kepada semua praktikan ketika ada jadwal praktikum
lanjutan untuk datang semua, agar dapat
mengetahui proses pembuatan preparat dengan metode parafin.
DAFTAR PUSTAKA
Alyas,
A., 2010. Praktikum Pembuatan Preparat
Menggunakan Metode Parafin, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Andria,
A., 2008, Petunjuk Praktikum Mikroteknik,
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Muntiha,
M., 2001, Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi dari Jaringan Hewan dengan
Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin, Balai
Penelitian Veteriner, Bogor.
Santoso,
H., 2002., Metode Pewarnaan (Histologi
dan Histokimia), Bhrataro Karya Aksara, Jakarta.
Sudiana,
K., 2005, Teknologi Ilmu Jaringan dan
Imunohistokimia, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar